Al-Hawalah adalah
pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban
utang dari muhil (orang yang
berhutang) menjadi tanggungan muhal’alaih
atau orang yang berkewajiban membayar utang.
Landasan
Syariah:
Sunnah
Imam
Bukhori Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman. Dan, jika salah seorang kami diikutkan (di-hawalah-kan) kepada orang yang mampu/ kaya, terimalah hawalah itu”.
Ijma
Ulama
sepakat membolehkan hawalah. Hawalah dibolehkan pada utang yang tidak berbentuk
barang/benda karena hawalah adalah perpindahan utang. Oleh sebab itu, harus
pada uang atau kewajiban finansial.
Aplikasi
dalam Perbankan
Kontrak
hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal-hal berikut :
a.
Factoring
atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak
ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut
dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu.
b.
Post-dated
check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu
piutang tersebut.
c.
Bill
discounting. Secara prinsip bill discounting serupa dengan hawalah.
Hanya saja, dalam bill discounting,
nasabah harus membayar fee, sedangkan
pembahasan fee tidak didapati dalam
kontrak hawalah.